Secara fisik, ikan anglerfish memiliki gigi-giginya yang tajam. Ikan ini juga mempunyai sebuah antena di kepalanya. Di ujung antena ada bola bercahaya. Biasanya mangsa ikan ini akan tertarik pada cahaya di bola itu, persis seperti kisah film animasi anak-anak, Finding Nemo. Begitu mangsa mendekat, si anglerfish langsung menyergap dan melahapnya.
Tapi perilaku kawin ikan ini bukanlah tontonan yang cocok bagi anak-anak. Lebih cocok untuk film horor bahkan. Mengapa?
Semua anglerfish termasuk ke dalam kelompok ikan yang disebut Ordo Lophiiformes. Tapi dalam ordo ini ada subordo ceratioidei, khusus untuk kelompok anglerfish yang paling aneh dari yang aneh. Total ada 160 spesies dalam subordo ini. Mereka biasanya ditemukan di kedalaman di bawah 300 meter dari permukaan laut.
Mengapa disebut aneh dari yang aneh? Salah satunya adalah karena perilaku kawinnya. Anglerfish yang termasuk subordo Ceratioidei mempunyai perilaku kawin yang ekstrim.
Sebagai contoh pada spesies Ceratias holboelli, menurut Ted Pietsch, kurator ikan di Museum Burke di Universitas Washington, betina ukurannya 60 kali lebih panjang dan bobotnya 500 ribu kali lebih berat ketimbang yang jantan. Malah, pejantan dari spesies Photocorynus spiniceps bisa disebut sebagai vertebrata atau hewan bertulang belakang terkecil di dunia.
Anglerfish Ceratioidei jantan dan betina sama-sama melewati masa metamorfosis sebelum jadi ikan dewasa. Betina tumbuh dewasa dengan gigi-gigi perobek daging dan antena pemikat. Sedangkan jantan dewasa kadangkala kehilangan giginya, berganti semacam tentakel berbentuk gigi, yang nantinya berguna saat ia kawin.
Menurut Pietsch, anglerfish jantan menghabiskan masa dewasanya mencari pasangan. Begitu ketemu, dia memakai gigi tentakelnya untuk menempel di betina dalam posisi bagian atas ke bawah.
Tak sekadar menempel, si jantan dan betina itu sebetulnya jadi satu jaringan. Bahkan, sistem sirkulasi kedua ikan itu juga terhubung. Belum diketahui bagaimana itu bisa terjadi.
"Bagaimana perilaku penggabungan jaringan ini terjadi belum pernah diteliti karena mustahil mendapatkan spesimen anglerfish dalam keadaan hidup," tutur Pietsch, seperti dikutip Livescience, kemarin.
Begitu terhubung, si jantan sangat tergantung pada asupan nutrisi yang dibawa oleh darah si betina, seperti parasit.
Si jantan juga akan tumbuh lebih besar ketimbang Ceratioidei lain yang berenang bebas dan masih mencari pasangannya. Malah ada istilah "obligatory parasitism" yang disematkan ilmuwan pada sebagian ikan ini. Artinya, pejantan takkan pernah dewasa kalau gagal menjadi parasit di tubuh betina. Ikan ini akan mati kalau tak bertemu dengan pasangan.
Anglerfish betina tak punya pilihan untuk lepas dari perilaku parasitisme jantan. Malah, pada spesies Cryptopsaras, seekor betina bisa ditempeli sampai delapan pejantan.
Ketika betina siap untuk bereproduksi, maka pembuahan terjadi secara eksternal. Jantan dan betina secara bersamaan melepas sel sperma dan sel telur ke air. Begitu pun kalau si betina ditempeli banyak pejantan. Sinkronisasi pelepasan sperma dan sel telur diatur melalui sebuah komunikasi hormon, kata Pietsch.
Tapi tak semua jenis Ceratioidei adalah pejantan parasit selamanya. Ada juga spesies lain yang sebentar saja menempel di tubuh betina, setelah pembuahan terjadi ia melepaskan diri lagi dari pasangannya.
Sumber : www.cnnindonesia.com
ConversionConversion EmoticonEmoticon